Lumut Kerak, dari Pantai sampai ke Gunung

Majalah INTISARI – November 2002

lumut kerak

Lumut kerak hidup menempel di pepohonan atau bebatuan, di atas tanah, tembok pagar, juga di tembok atau atap rumah. Meski dianggap sebagai pengganggu dan diremehkan, lumut kerak dapat dimanfaatkan sebagai ramuan obat tradisional, bahan pewarna, dan bioindikator pencemaran udara.

Lumut kerak juga dikenal sebagai lichenes (biasanya menjadi pioner sebelum jenis lumut lain dapat hidup di suatu tempat-Red.). Bentuknya seperti tumbuhan, tetapi bukan golongan tumbuhan. Ia bukan satu organisme, namun suatu ekosistem kecil yang merupakan asosiasi simbiotik dari dua atau tiga mitra yang berbeda satu sama lain. Mitra paling dominan pada simbiosis lumut kerak yaitu cendawan (fungi) dengan koloni ganggang (algae) atau cyanobacteria, yang berperan memberikan catu makanan melalui fotosintesis.

Para ahli biologi mengklasifikasikan makhluk hidup ke dalam lima kingdom: Monera, Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia. Tidak satu pun organisme penyusun lumut kerak tergolong tumbuhan. Dengan demikian sebagian ahli biologi tidak menggolongkan lumut kerak sebagai tumbuhan. Jika organisme simbiotik ini dipisahkan komponennya satu sama lain, maka cendawan sendiri tidak mempunyai bentuk. Karena bentuk lumut kerak bermacam-macam, ahli biologi menggolongkan lumut kerak menjadi banyak spesies berdasarkan morfologi dan apotesium (badan buah atau struktur penghasil spora) yang terbentuk. Penamaan spesies lumut kerak mengikuti aturan tata nama taksonomi yang berlaku.

Daerah sebaran lumut kerak paling luas. Bisa dijumpai di daerah tropis sampai kutub, mulai dari pantai hingga ke gunung-gunung tinggi. Di daerah sejuk (gunung tinggi ataupun di daerah tundra beriklim dingin), lumut kerak dapat dijumpai dalam aneka ragam bentuk. Berbentuk lembaran menempel pada permukaan tanah atau bebatuan sampai yang mirip semak kecil seperti Usnea.

Untuk hidup lumut kerak menuntut permukaan yang stabil, ada sinar matahari dan kelembapan cukup serta iklim yang cocok bagi masing-masing jenis. Lumut kerak di kawasan tundra yang dingin itu tentu tidak dapat hidup di dataran rendah tropis yang panas.

Berkat ratusan senyawa kimia unik yang dimiliki, lumut kerak mampu bertahan hidup di lingkungan yang sukar sekalipun, dan menangkal serangan bakteri atau cendawan lain. Senyawa seperti pigmen, toksin, dan antibiotik menyebabkan lumut kerak berguna bagi sebagian kelompok masyarakat, khususnya sebagai bahan pewarna dan ramuan obat tradisional.

Suku Navajo di Amerika lazim memakai lumut kerak sebagai bahan pewarna. Lumut kerak Xanthoparmelia chlorochroa direbus untuk mendapatkan warna cokelat sebagai pewarna permadani atau selimut. Sementara orang Indian Amerika biasa memanfaatkan lumut kerak jenis Letharia vulpina sebagai pewarna. Walau diketahui mengandung racun, lumut kerak jenis ini juga digunakan dalam pengobatan tradisional mereka. Air seduhan untuk minuman kesehatan, atau sebagai obat luar penyakit kulit.

Anggota genus Usnea pun dikenal sebagai obat manjur, khusus untuk expectorant, dalam bentuk seduhan minuman. Juga dibuat salep sebagai antibiotik. Ramuan tradisional Cina  menggunakan Usnea longissima. Senyawa asam usnat (usnic acid) dalam lumut kerak sebagai antihistamin, spasmolitik, dan antiviral. Di Eropa senyawa itu digunakan sebagai krim antibiotik yang dilaporkan lebih manjur daripada salep penisilin. Ekstrak Cetraria islandica diklaim efektif untuk penyakit saluran pernapasan, dan di Eropa dipakai sebagai pastiles. Evernia prunastri dan Pseudevernia furfuracea di Eropa untuk bahan parfum.

Pada saat kekeringan, lumut kerak umumnya mengalami fase dorman, tidur. Begitu cukup air ketika musim hujan, ia akan menunjukkan aktivitas metabolisme kembali. Tumbuh subur jika udara bersih, sebaliknya udara tercemar menghambat pertumbuhannya. Terbukti pada 1859, saat Revolusi Industri, ilmuwan Eropa mencatat, pencemaran udara mematikan lumut kerak pada daerah industri dan daerah urban. Karena kepekaannya itulah lumut kerak dapat digunakan sebagai bioindikator pencemaran udara.

Adi Mustika

1 Response to Lumut Kerak, dari Pantai sampai ke Gunung

  1. eldadheiva says:

    Kak, kasih refferensi terkait dong kalau ada. Tks

Leave a comment