Kanjeng Kyai Al Quran

Resensi
Judul Buku: Kanjeng Kyai Al-Qur’an Pusaka Keraton Yogyakarta
Penerbit: YKII – IAIN Sunan Kalijaga
Tahun : 2004

Kanjeng Kyai Al quran adalah salah satu pusaka Keraton Yogyakarta yg dianggap sangat penting. Ini menunjukkan bahwa diantara kerajaan-kerajaan Islam Nusantara, Kesultanan Yogyakarta paling besar perhatiannya terhadap Islam. Bahkan perhatian itu sudah nampak sebelum peristiwa palihan nagari (perjanjian Giyanti yang membagi kerajaan Mataram Islam menjadi Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Pura Mangkunegaran). Pendiri Kasultanan Yogyakarta menentang kebijakan Keraton Surakarta yang bekerja sama dengan penjajah Belanda. Dalam perlawanan itu, pendiri Kasultanan Yogyakarta banyak dibantu para pemuka agama Islam. (Sampai saat ini keturunan kiai-kiai yang mendukung HB I dalam menentang penjajahan Belanda masih ada di seputar Yogyakarta).

Kanjeng Kyai Al Quran semula adalah milik Kanjeng Gusti Raden Ayu Sekar Kedaton (puteri Sultan HB II), yang merupakan mahar atas perkawinannya dengan Raden Tumenggung Notodiningrat (kelak menjadi KGPAA Paku Alam II). Guru mengaji Kanjeng Gusti Raden Ayu Sekar Kedaton adalah Haji Mahmud, abdi dalem ponokawan. Kanjeng Kyai Al Qur’an adalah salinan dari Al Qur’an di Keraton Surakarta. Penyalinnya adalah abdi dalem Ki Atmaparwita, ordenans sepuh pada masa Pakubuwana IV.

Buku ini adalah kumpulan naskah seminar dari 4 pemakalah. M Jandra membawakan makalah “Manuskrip Muschaf Kuno Kraton: Analisis Kritis terhadap Al Qur’an Pusaka Kraton Yogyakarta”.  Menurut M Jandra, Kanjeng Kyai Al Qur’an ditulis dengan khat Utsmani. Tetapi di sana-sini terdapat campuran antara rasm Utsmani dan rasm Imla’i. Dalam naskah itu juga ditemukan salah tulis di beberapa tempat, seperti tanda waqaf, tanda maqra’, tanda mad. Selain itu, teknik penulisannya tidak menganut Imam Asyim riwayat Khafs.

Moh. Damami Zein membawakan makalah “Deskripsi Naskah dan Relevansinya dengan Kehidupan Dewasa Ini”. Pemakalah menekankan pentingnya umat Islam untuk tidak takut terhadap label Islam.

Hamim Ilyas membawakan makalah “Muschaf Kraton, Qiraah dan faham Agama”. Menurut pemakalah, Kanjeng Kyai Al Qur’an mengikuti qiraah Imam Asyim yang diriwayatkan Hafsh, sebagaimana lazimnya Al Quran yang dipakai di Nusantara. Hal ini karena adanya jaringan ulama nusantara dengan Timur Tengah. Naskah Kanjeng Kyai Al Quran juga bisa menggambarkan faham agama yang dianut, yaitu sunni. Penelusuran lebih lanjut menemukan bahwa faham agama saat itu juga diwarnai dengan tasawwuf, antara lain ditunjukkan dengan qiraah pada Surah al Mu’minun, 23:29.

H. Asjmuni Abdurrahman membawakan makalah “Analisis Tentang penulisan Al Qur’an di Dunia Islam. Menurut pemakalah, Kanjeng Kyai Al Quran pada prinsipnya mengikuti khat Utsmani, hanya kadang-kadang mengacu pada al quran terbitan Maroko. Terdapat beberapa kesalahan tulis, seperti tanda waqof, tanda mad. Juga ada kesalahan informasi misalnya surat madaniyah ditulis makiyah.

Adi M.

Leave a comment